Suling Emas Jilid 85

Akan tetapi sama sekali di luar dugaan Pouw-kai-ong yang cerdik bahwa ketika ia melakukan pembasmian terhadap keluarga Yu Jin Tianglo ketua Khong-sim Kai-pang, Yu Kang putera bungsu ketua pengemis itu yang baru berusia tiga belas tahun dan kebetulan sekali pada waktu peristiwa hebat terjadi, sedang bermain-main di luar kota sehingga terbebas daripada maut. Ketika Yu Kang melihat keadaan keluarganya yang terbasmi habis, tidak seorang pun masih hidup, ayah bundanya, kakak-kakaknya, semua tewas di tangan Pouw-kai-ong, ia segera melarikan diri. Selama belasan tahun Yu Kang putera ketua pengemis Khong-sim Kai-pang ini menggembleng diri dengan ilmu silat, belajar dari tokoh-tokoh pengemis yang telah mengasingkan diri bertapa di gunung-gunung. Ia selalu berpakaian sebagai pengemis dan hidup sebagai pengemis pula, tetap setia kepada cara hidup ayahnya dan dendam di hatinya terhadap Pouw Kee Lui tak pernah terlupa sehari pun!

Setelah tujuh belas tahun menggembleng diri, kini dalam usia hampir tiga puluh tahun, barulah Yu Kang turun dari puncak gunung-gunung dan mulai mencari musuh besarnya, Pouw Kee Lui yang kini sudah menjadi Pouw-kai-ong. Karena tidak tahu harus mencari di mana, maka ia langsung menuju ke kota raja, oleh karena untuk mencari seorang "raja" pengemis, kiranya paling tepat menyelidiki dari kota raja, pusat segala macam kegiatan.

"Demikianlah sedikit riwayatku, dan kebetulan aku bertemu dengan kalian yang kukira adalah pengemis-pengemis yang mengalami penghinaan. Di sepanjang perjalanan banyak aku mendengar akan perpecahan golongan pengemis menjadi dua, pengemis baju bersih dan pengemis baju kotor, dan tentang penindasan yang dilakukan pengemis baju bersih terhadap pengemis baju kotor. Siapa kira, pengemis baju bersih adalah pengikut-pengikut setia dari Pouw-kai-ong, musuh besarku! Di sepanjang jalan, tidak ada yang berani menyebut-nyebut tentang Pouw-kai-ong."

Liong-kauwsu yang kini sudah berubah sebutan menjadi Liong-lokai (Pengemis Tua Liong) itu menarik napas panjang. "Memang demikianlah. Tidak ada yang berani membicarakan perihal Pouw-kai-ong, apalagi bicara buruk, karena kaki tangannya banyak sekali dan hukumannya amatlah berat mengerikan."

Kakek itu kini menoleh kepada Suling Emas dan berkata, "Setelah kini saya dan Yu Tai-hiap bercerita, saya harap Kim-siaw Tai-hiap sudi pula memberi sedikit penuturan dan penjelasan."

"Sesungguhnya tidak ada apa-apa yang patut kuceritakan," Suling Emas berkata dan tiba-tiba wajahnya yang tampan itu seperti diselubungi awan gelap. Betapa tidak akan keruh hatinya kalau ia diingatkan akan riwayatnya yang sembilan puluh persen terisi hal-hal menyedihkan itu? Pula ia sudah tidak mau mengingat hal-hal lampau, bahkan hendak melupakan namanya. Setelah berhenti sejenak, ia menyambung. "Pertemuanku dengan Pouw-kai-ong dalam pertempuran hanyalah secara kebetulan saja. Akan tetapi karena aku tahu betapa jahatnya Pouw-kai-ong, maka aku bersimpati kepada orang-orang yang telah menjadi korbannya seperti kalian. Dan, untuk bicara terus terang, Yu-twako menduga tepat. Pouw-kai-ong amat lihai dan... maaf, kurasa Yu-twako sendiri tidak akan dapat mengalahkannya!"

Yu Kang mengangguk-angguk, sepasang alisnya yang tebal berkerut-kerut. "Aku pun sudah menyelidiki dan mendengar bahwa Si Keparat she Pouw itu amat lihai. Kau yang sudah bertanding dengannya, tentu dapat menilainya dengan tepat, Kim-siauw-eng, dan aku percaya. Kalau kau yang begini lihai masih mengaguminya, tentulah ia merupakan lawan yang amat tangguh. Akan tetapi, aku tidak akan mundur setapak, kalau perlu nyawaku kupertaruhkan untuk membalas kematian seluruh keluarga ayahku." Yu Kang mengepal tinju, mukanya merah dan matanya berapi-api.

"Yu-tai-hiap..."

"Harap Liong-lokai jangan menyebut aku Tai-hiap (Pendekar Besar)!"

Yu Kang memotong kata-kata kakek itu dengan sengit. "Aku hanyalah seorang pengemis jembel yang tiada guna!" Memang watak Yu Kang keras dan jujur, tanpa dipalsukan tata cara dan sopan santun. Mungkin sakit hatinya dan malapetaka yang menimpa keluarganya membuat ia berwatak seperti itu.

"Baiklah, Yu-hiante. Harap jangan berkecil hati. Kalau kita maju bersama dan minta bantuan Kim-siauw-eng dan orang-orang gagah lainnya, kiranya Si Keparat Pouw itu akan dapat dibasmi."

"Hemm, terserah kau orang tua yang mengaturnya." Akhirnya Yu Kang berkata sambil duduk kembali, menyambar paha angsa panggang dan menenggak araknya. Liong-lokai lalu menjura kepada Suling Emas. "Kami mohon dengan hormat sudilah kiranya Kim-siauw-eng membantu usaha kami membalas dendam, mengeroyok Si Keparat she Pouw yang jahat."

Suling Emas tersenyum dan menggeleng kepalanya. "Mana bisa begitu, Lo-kai? Tak mungkin aku mengeroyok lawan."

"Akan tetapi, bukankah Kim-siauw-enghiong juga memusuhinya?"

"Betul. Seperti telah kukatakan tadi, aku bolehlah dimasukkan sebagai seorang di antara musuh-musuhnya. Akan tetapi aku tidak mempunyai dendam pribadi dengannya. Siapa saja yang jahat, boleh dianggap musuhku, karena kalau dia tidak bisa diinsyafkan, tentu akan kugunakan kekerasan mencegah si jahat merajalela menindas si lemah. Karena itu, berbeda sekali dengan kalian, aku tidak menaruh dendam dan aku hanya akan menghadapinya satu lawan satu. Tak mungkin aku sampai hati melakukan pengeroyokan terhadap lawan yang betapapun juga lihainya."

Tiba-tiba Yu Kang menghentikan gerakannya makan paha panggang. Ia memandang tajam ke arah Suling Emas, lalu mengangguk-angguk dan berkata murung, "Benar sekali, Suling Emas! Aku sendiri pun, kalau tidak dimabok dendam kesumat, tidak sudi mengeroyok orang. Akan tetapi, kalau maju sendiri tidak menang sampai kapan dapat membalas dendam? Dendamku jauh lebih besar daripada segala macam aturan pertandingan."

Agaknya ucapannya ini berlawanan dengan wataknya yang gagah, maka untuk mencuci rasa malu, Yu Kang menggelogok arak sebanyaknya ke dalam perutnya!

"Akan tetapi, menghadapi seorang penjahat keji macam Pouw-kai-ong, bagaimana harus mengingat akan peraturan? Dia membunuhi orang, merampas kai-pang, mengangkat diri sendiri menjadi raja pengemis, kemudian merampas anak gadis orang tanpa melamar, memaksa kami menjadi pengemis, apakah semua perbuatannya itu menurutkan aturan? Bukankah orang bijaksana jaman dahulu mengatakan bahwa kebaikan dibalas dengan kebaikan berganda, akan tetapi kejahatan harus dibalas dengan keadilan? Dan terhadap seorang keji jahat macam Pouw-kai-ong, apakah yang lebih adil daripada mengeroyoknya dan menghukumnya bersama?"

"Sudahlah, Liong-kai!" Tiba-tiba Yu Kang berkata keras. "Orang yang tidak mau, apa gunanya dipaksa-paksa? Biarlah siapa yang mendiamkan saja kejahatan merajalela, dia itu membantu kejahatan! Apalagi, urusan ini adalah urusan kita para pengemis, mana seorang kongcu terpelajar mau mencampuri urusan segala jembel?"

Hening sejenak setelah Yu Kang mengeluarkan kata-kata yang keras, jujur tanpa tedeng-tedeng lagi ini. Para pengemis tua itu merasa khawatir, kalau-kalau Suling Emas akan menjadi marah. Namun, Suling Emas bukanlah seorang yang mudah marah. Gemblengan hidup membuat ia kuat bertahan akan segala serangan. Pula, ia dapat membedakan mana emas mana tembaga dan tahu bahwa di balik sikap kasarnya, Yu Kang adalah seorang gagah.

"Yu-twako, ucapanmu memang benar sekali. untuk mengeroyok orang, biar dipaksa-paksa aku tentu tetap tidak akan mau. Pula, justeru aku paling tidak mau mencampuri urusan orang lain karena aku menghormat kalian golongan pengemis yang biarpun berpakaian kotor namun berhati bersih. Akan tetapi kau keliru sangka kalau aku akan mendiamkan saja kejahatan merajalela."

"Hemm, omongan Suling Emas seperti omongan guru sekolah berbelit-belit! Pendeknya, kau mau membantu kami atau tidak?" Yu Kang mencela.

"Tentu saja, akan tetapi tidak secara keroyokan. Biarlah dia nanti kuhadapi sendiri, kalian lihat saja. Kalau aku kalah dan tewas di tangannya, anggap saja hal itu urusanku, dan barulah kalian boleh turun tangan terhadap Pouw-kai-ong."

Tiba-tiba Yu kang melompat lagi ke atas. "Mana bisa?? Liong-lokai, mari kita berangkat. Urusan ini adalah urusan kita, urusan antara para pengemis, bahkan Pouw-kai-ong sendiri pun seorang pengemis yang jahat dan menyeleweng. Kitalah yang harus menghukumnya, bagaimana kita bisa menyerahkan hal ini kepada orang luar? Suling Emas, kami tidak membutuhkan bantuanmu lagi. Marilah, Liong-lokai. Engkau tahu di mana Si Jahanam itu?"

Kakek jembel itu mengerling kepada Suling Emas dengan mata kecewa, akan tetapi ia lalu bangkit berdiri diikuti teman-temannya dan menjawab pertanyaan Yu Kang, "Kebetulan dia berada tak jauh dari sini. Marilah, Yu-hiante. Kami ada sebelas orang, bersama Hiante jadi dua belas. Masih ada lima orang saudara Bhong, pengemis-pengemis dari Yu-nan yang telah lama menanti-nanti kesempatan untuk menuju mengeroyok musuh besar mereka. Seperti juga engkau, Hiante, kelima Bhong-heng-te (Persaudaraan Bhong) itu pun keturunan ketua kai-pang (perkumpulan pengemis) yang dibasmi oleh Pouw-kai-ong."

"Bagus, kalau begitu marilah kita berangkat!" kata Yu Kang. Rombongan pengemis itu meninggalkan kolong jembatan. Hanya Liong-lokai seorang yang menjura kepada Suling Emas. Yu Kang melangkah pergi tanpa menoleh. Suling Emas berdiri terlongong, akan tetapi tersenyum pahit melihat rombongan pengemis itu pergi dari situ. Sejenak ia termangu dan mengangkat pundak. Memang benar ucapan Yu kang bahwa urusan di antara pengemis adalah urusan dalam, orang luar tidak berhak mencampuri. Akan tetapi tiba-tiba Suling Emas mengerutkan keningnya. Mereka itu seperti domba-domba digiring ke pejagalan! Ia tahu benar bahwa biarpun dikeroyok oleh mereka, Pouw Kee Lui masih tetap merupakan lawan yang terlalu kuat.

Mereka itu seakan-akan mengantar nyawa dengan sia-sia, akan mati konyol. Dan ia tahu bahwa mereka adalah orang baik-baik. Mana mungkin ia mendiamkan Pouw-kai-ong membunuh mereka begitu saja? Kedua kakinya bergerak dan di lain saat Suling Emas sudah mengikuti rombongan itu dari jauh. Malam itu terang bulan. Rombongan pengemis yang tadinya hanya dua belas orang itu kini sudah bertambah lima lagi, yaitu lima orang Bhong-heng-te yang tubuhnya tinggi-tinggi dan dari langkah kaki mereka dapat diketahui bahwa mereka ini pun bukan orang-orang lemah. Tujuh belas orang pengemis ini berangkat ke luar kota, menuju ke sebelah utara kota raja. Di kaki gunung yang sunyi, jauh dari kota raja dan jauh dari dusun-dusun, mereka berhenti lalu bergerak sembunyi mengurung sebuah pondok kecil yang berdiri sunyi di tempat itu.

Dua orang di antara kelima Bhong-heng-te melompat keluar dari tempat persembunyian, menghadapi pintu pondok dan seorang di antara mereka berseru nyaring. "Pouw Kee Lui, keparat busuk! Kami telah datang hendak menagih hutangmu kepada keluarga Bhong, hayo keluar!"

Suling Emas yang bersembunyi tak jauh dari tempat itu, di balik batu-batu besar, mengerutkan kening. Kalau memang mereka hendak mengeroyok, mengapa tidak langsung saja mendatangi pondok dan menyerbu? Dengan pengeroyokan tujuh belas orang, agaknya Pouw-kai-ong akan kewalahan juga. Apakah mereka terlalu memandang rendah kepandaian Si Raja Pengemis?

Tiba-tiba terdengar suara ketawa terkekeh dan dari atas gunung kecil melayang turun sesosok bayangan yang luar biasa gesitnya. Begitu kedua kaki orang saudara Bhong, bayangan itu tertawa bergelak dan berkata, "ha-ha-ha, tikus-tikus busuk berani mengantar nyawa??"

Ucapan ini disusul gerakan yang hebat sekali. Sebelum dua orang itu mampu menjawab, bayangan yang bukan lain adalah Pouw Kee Lui atau Pouw-kai-ong ini, telah menerjang maju dengan gerakan seperti kilat dan... dua orang saudara Bhong itu yang sudah berusaha menangkis, terpental ke belakang dan roboh tak dapat bergerak lagi! Pada saat itu muncul tiga orang saudara Bhong yang lain, muncul dari samping kiri, disusul munculnya tiga orang dari depan dan tiga orang dari kanan. Tampak Liong-lokai ikut pula dari kanan sedangkan Yu Kang tampak di antara tiga orang dari depan. Enam orang pengemis lain mengambil jalan memutar hendak menyerbu dari belakang punggung Pouw-kai-ong.

"Ha-ha-ha! Kiranya tikus tua she Liong ikut pula. Bagus!!" Seruan ini disusul suara bersiutan dan Pouw-kai-ong telah memutar sebatang tongkat yang berubah menjadi segulung sinar hitam. Ketika Pouw-kai-ong menerjang ke kanan sambil menggerakkan tongkatnya, terdengar seruan kaget dan kesakitan. Liong-lokai dan dua orang temannya sudah mengeluarkan senjata masing-masing, akan tetapi begitu sinar bergulung-gulung berwarna hitam itu datang, dan mereka menangkis, ternyata tubuh Liong-lokai berikut toyanya terlempar ke belakang sedangkan dua orang muridnya roboh dan tewas! Baiknya Liong-lokai tadi dapat menangkis dengan toyanya dan ketika terlempar masih dapat menggulingkan tubuh, kalau tidak tentu ia menjadi korban pula.

"Ha-ha-ha, tikus-tikus busuk!" Pouw-kai-ong berseru sambil tertawa-tawa dan memutar tongkatnya membalikkan tubuh karena pada saat itu, belasan orang telah mengeroyok. Hanya Yu Kang seoranglah yang merupakan lawan berat dalam pengeroyokan ini. Yang lain-lain hanyalah lawan lunak bagi Pouw-kai-ong sehingga enak saja ia membabat dengan tongkatnya. Dalam waktu kurang dari seperempat jam, sepuluh orang anggota pengemis telah roboh terluka berat atau tewas. Kini tinggal Liong-lokai, Yu Kang, dua orang saurdara Bhong, dan tiga orang pengemis lain yang masih bertahan. Namun mereka terdesak hebat, hanya mampu menangkis saja karena tongkat di tangan Pouw-kai-ong benar-benar luar biasa sekali!

Suling Emas tidak tega melihat ini. Kalau ia diamkan saja, tentu tujuh orang itu lama-lama akan roboh semua. Ia mengeluarkan suara melengking tinggi, tubuhnya mencelat ke depan dan begitu ia menggerakkan sulingnya menangkis tongkat, Pouw-kai-ong berseru keras dan meloncat mundur sampai empat lima meter jauhnya.

"Siapa kau??" bentaknya. Suling Emas tidak mempedulikannya, melainkan menoleh ke belakang dan berkata, "Harap rawat teman-temanmu yang terluka, biar kulayani dia sendiri!"

Setelah berkata demikian, Suling Emas menerjang maju, menyerang dengan sulingnya sambil berkata, "Keparat she Pouw, dosamu sudah bertumpuk!"

Pouw-kai-ong terkejut menyaksikan berkelebatnya sinar kuning emas yang begitu cepatnya, dan lebih kaget lagi ia begitu ketika menangkis dengan tongkat, tangan kanannya tergetar. Hebat lawan ini, pikirnya. Ketika ia memandang dan mendapat kenyataan bahwa lawannya hanya seorang muda yang takkan lebih dari dua puluh lima tahun usianya, ia merasa penasaran dan melihat suling emas itu, tiba-tiba ia teringat.

"Setan! Kau murid Kim-mo Taisu...??"

"Orang tua jahat, tak usah banyak cerewet!"

Suling emas merasa ngeri menyaksikan muka Raja Pengemis itu yang menyeringai menyeramkan. Pouw-kai-ong berusia lima puluh tahun kurang lebih, pakaiannya tambal-tambalan akan tetapi amat indah kembang-kembangnya, mukanya sudah berkeriput, rambutnya licin ditutup pembungkus kepala dari sutera, matanya berkilat-kilat seperti mata setan dan gerakan tongkatnya memang luar biasa cepat dan beratnya.

Pertandingan antara dua orang sakti ini hebat luar biasa. Yu Kang sendiri yang sudah banyak menerima gemblengan orang-orang sakti, berdiri tertegun dan diam-diam harus ia akui bahwa seorang diri, tak mungkin ia dapat menangkan Raja Pengemis itu. Dengan kepandaiannya yang cukup tinggi, kalau ia maju membantu Suling Emas, tentu kakek jahat itu dapat dirobohkan dengan mudah, akan tetapi ia tahu dan mengenal watak Suling Emas yang tentu tidak mau dibantu. Maka ia hanya menonton penuh kekaguman,
sedangkan Liong-lokai dan anak muridnya merawat mereka yang terluka dan tewas.

Suling Emas sudah mengerahkan seluruh tenaga dan mengeluarkan Ilmu Pedang Pat-sian Kiam-hoat yang hebat. Gerakannya selain cepat, juga mengandung tenaga mujijat sehingga sulingnya mengeluarkan suara melengking seperti ditiup orang. Namun, kelebihannya dalam ilmu silat sakti ini diimbangi oleh kelebihan Pouw-kai-ong dalam pengalaman dan kematangan. Suling Emas belum lama menguasai ilmunya, sedangkan Pouw-kai-ong sudah matang, sudah digembleng dalam pertandingan-pertandingan berat. Maka hebatlah pertandingan ini yang sekaligus merupakan ujian berat bagi Suling Emas.

Bersambung Jilid ke-86

About this entry

Fallow me

 

About me | Author Contact | Powered By Blogspot | © Copyright  2009