Cintaku di Kampus Biru

By Ashadi Siregar

Gerumbunan semak itu bergerak-gerak. Bunga-bunga putih dan merah di ujung ranting ikut bergoyang. Diterpa angin. Dua pasang kaki menjulur dari balik semak itu. Sepasang berbetis putih, jenjang, dan mungil. Sandalnya berwarna kuning. Sepasang yang lain dibalut celana jean biru. Bersandal jepit.

Aroma segar dedaunan ditambah lagi harum bunga, menandakan betapa nyamannya tempat itu. Angin membuat pucuk-pucuk cemara meliuk pelahan. Pohon-pohon flamboyan berbunga.
Gedung Induk Kampus Gadjah Mada tertegak sepi. Jalan menuju gedung bertingkat tiga itu
dipanggang matahari. Tetapi, di pinggir jalan, sejuk. Matahari tak bisa menembus dedaunan yang melindungi tanah. Dari balik semak terdengar suara lelaki, "Aku mau pulang.”

Kaki lelaki itu ancang-ancang akan berdiri, tetapi kaki jenjang bersandal kuning menekan kaki lelaki itu.
“Nanti.”
Lelaki itu berusaha melepaskan kakinya dari tindihan. Semak-semak bergoyang. Di balik semak itu terjadi pergumulan.
"Bah, kau mau memperkosa aku!" kata lelaki itu.
"Brengsek! Diamlah!" kala si perempuan. Lalu terdengar suara mulut yang terdekap, "Hmmm…..
" Tetapi, 'hmmm' itu terputus, diganti suara lelaki dalam napas tersengal, "Cukup. Aku malas.
Awas kakimu. Aku mau pergi."
"Ah, ssshhh... ."
"Tidak mau. Jangan tindih aku. Ke sana kau!"
"Bah!"
"Hari ini tiada cinta," kala lelaki itu.
"Hmmm, gaya Motinggo, tapi kurang erotis!" Perempuan itu mengejek.
Gerumbulan semak bergoyang lagi.
"Ah, jangan! Aku mau pulang," kala lelaki itu.
"Alaaa, sok kau."
"Sudah kubilang, hari ini tiada cinta. Kepalaku pusing memikirkan ujian, uang kuliah yang belum
dibayar, pemilihan Dewan Mahasiswa, resolusi untuk dosen brengsek…."
"Kau yang brengsek! Sok jadi orang penting!"
"Bah!"
"Bah!" ejek perempuan itu.
"Pokoknya aku mau pulang. Membaca di dekatmu, hilang konsentrasiku."
"Dasar!"
"Dasar apa?"
"Dasar lelaki! Dulu menguber-uber, sekarang berlagak!"
"O, perempuan! Dulu jual mahal, sekarang menggerogoti waktuku yang berharga."
"Dulu kenapa kau tidak merasa digerogoti? Malah membuang waktu berhari-hari untuk
mengejar-ngejar!"
"Lain Bengkulu lain Semarang. Sekarang, sudahlah. Pokoknya, aku cinta padamu. Tetapi, kita
harus bercinta sedikit metodologis. Pakai logika. Jangan sentimentil."
"Dasar lelaki!" kala perempuan itu.
"Ya, dasar. Sudah? Nah, geser kakimu. Aku mau berdiri."
"Kau datang tidak nanti malam?" Ada nada ancaman dalam suara perempuan itu.
“Bah, perkosaan.”
"Bah, bah, bah! Mau datang atau tidak? Kalau tidak, jangan lagi pijak rumahku."
“Aku tidak suka di-fait accomply. Cinta tak boleh her-fait accomply. Kayak kawin Hansip saja."
"Mau datang atau tidak?"
Tak ada jawaban. Semak-semak tersibak. Anton keluar dari gerumbulan semak itu. Dia
mengibaskan rumput di celananya. Lalu bersiul meninggalkan tempat itu.
Semak tersibak lagi. Marini membersihkan rumput-rumput yang melekat di roknya yang mini dan kemudian merapikan rambutnya.
"Bajingan!" katanya ke arah punggung Anton yang kian menjauh.
Anton tak bereaksi. Marini memungut batu kerikil, dan melemparkannya ke arah lelaki itu.
"Bajingan!" serunya. Lemparannya tak mengenai sasaran. Anton cuma melengos sedikit, dan melangkah lebih bergegas.

Gadis itu mengawasi punggung lelaki itu. Dia melangkah mengikutinya. Tetapi, tiba-tiba dia teringat sesuatu. Lalu dia kembali masuk ke gerumbul semak, mengambil buku-bukunya.

Sembari berjalan, dia menggerundel berkepanjangan, "Dasar lelaki! Tak tahu diri! Dulu bukan main cumbuannya. Sekarang, berlagak alim. Dasar!"
Marini melompati parit, dan keluar dari areal rerumputan. Kini dia berjalan di Bulaksumur Boulevard, jalan besar beraspal yang membelah kampus itu. Dia berjalan ke selatan, menjauhi Gedung Induk Universitas Gadjah Mada. Berpunggungan dengan Anton yang berjalan ke utara.

"Itu cuma gejala." Suara tak terdengar berputaran di kepala Marini. "Pasti dia memang sedang mencari-cari alasan untuk memutuskan hubungan. Pasti dia sudah bosan. Bajingan itu, pasti sedang mengejar-ngejar gadis lain. Tapi, siapa sasaran barunya? Baik, akan kuselidiki. Jangan dia kira aku akan pasrah saja. Jangan dia kira dia bisa seenaknya merayu, lalu meninggalkan setelah bosan. Jangan dia kira wanita bisa diperlakukan sebiadab itu. Aku akan bertindak kalau betul dia mencintai gadis lain. Ah, si playboy itu!"

Di bawah matahari yang memijar merah, Marini mendekap buku-bukunya di dada, dia menekuri ujung sandalnya yang menendang-nendang kerikil. Sepuasnya matahari menciumi wajah gadis itu. Wajah yang lonjong, dengan mata yang redup, bulu mata yang lentik, hidung yang mungil tapi mancung, dan bibir yang mengulum lunak-basah.
Marini mengalihkan tatapannya dari kaki pindah ke buku-bukunya. Lalu ke dadanya. Dia
menghela napas panjang. Mengeluh tanpa bisa didengar. Dia menatap dadanya yang terlalu membusung.

"Barangkali dia sekarang sedang mengejar- ngejar bom seks," katanya dalam hati. "Makanya mulai dingin. Kalau dia memang mencintaiku, tentunya dia akan senang bercumbu di semak-semak. Toh dia yang mengajak pertama kali ke semak itu. Dia yang menamakan tempat itu 'Semak Cinta'. Love grass. Semak Cinta. Hmmm, memang cintanya bersemak berangkali."
Gadis itu melewati Rumah Sakit Panti Rapih. Orang-orang yang akan bezuk menunggu jam
dibukanya pintu. Di dekat pagar, seorang lelaki muda mengawasi Marini. Marini mendongkol melihat mata lapar lelaki itu.
"Bajingan!" kutuknya. "Pasti dia akan bezuk istrinya. Istrinya mungkin melahirkan.

Tapi, masih sempat juga melotot melihat perempuan lain. Dasar lelaki!"
Marini tak jadi menawar becak di tempat itu. Tatapan lelaki-lelaki di halaman rumah sakit itu membuatnya risi. Kakinya yang jenjang semakin telanjang rasanya. Marini melangkah terus menyelatani jalan. Tak mempedulikan dering-dering becak. Hatinya rusuh. Benci, gondok, mangkel, dan semua yang senada itu berbauran di dadanya.
"Aku telah tahu gejalanya. Telah kelihatan gejalanya. Dia semakin tak acuh. Membuat gara-gara agar aku marah. Tapi, akan kulihat. Sampai berapa lama dia mati membuat intimidasi begitu. Aku akan bersabar. Pokoknya aku akan menjaga diriku sebagai perempuan setia, bukan yang gampang memutus cinta."

Penasaran Ingin tahu kelanjutannya .............

Download selengkapnya disini

About this entry

Fallow me

 

About me | Author Contact | Powered By Blogspot | © Copyright  2009