Suling Emas Jilid 55

Cepat ia melangkah maju, menjura dan berani mengeluarkan suara setelah suara yang-khim terhenti. "Terima kasih atas nasihat-nasihat Siansu, dan selanjutnya saya mohon petunjuk!"

Hening sejenak, tubuh yang duduk di atas batu itu tidak bergerak. Kemudian batu yang diduduki itu terputar, tubuh yang duduk di atasnya ikut pula terputar dan kakek itu telah berhadapan muka dengan Kim-mo Taisu. Melihat ini Eng Eng menjadi heran sekali, heran dan kagum. Ia adalah seorang gadis yang semenjak kecil menerima gemblengan ilmu silat tinggi, tahu pula akan tenaga-tenaga mujijat dalam tubuh manusia, sudah melatih diri dengan sin-kang, lwee-kang, khi-kang, dan gin-kang. Akan tetapi melihat kakek yang bersila di atas batu besar itu tanpa bergerak dapat memutar batu yang didudukinya, benar-benar ia merasa seperti berhadapan dengan ilmu sihir!

Sejenak kakek tua renta yang wajahnya membayangkan ketenangan luar biasa dan sinar matanya yang lembut itu seakan-akan telah waspada akan segala hal di sekelilingnya itu memandang Kim-mo Taisu, kemudian melirik ke arah Eng Eng dan alis matanya yang putih bergerak-gerak. Kemudian terdengar ia menarik napas panjang dan berkata perlahan,

"Segala sesuatupun terjadilah sesuai dengan kehendak-Mu! Namun kewajiban manusia untuk berusaha...." Setelah berkat demikian, matanya bersinar wajahnya berseri ketika ia menatap muka Kim-mo Taisu dan dengan tenanga tapi ramah menegur, "Kwee-sicu (Orang Gagah she Kwee), puluhan tahun tak bertemu, kiranya Sicu telah dimatangkan oleh pengalaman hidup. Aku mendengar pula bahwa Sicu telah menggunakan nama Kim-mo Taisu. Bagus sekali, dengan demikian berarti Sicu menempatkan diri sebagai orang yang telah sadar daripada segala ikatan karma."

Kim-mo Taisu menggeleng-geleng kepalanya dengan muka sedih, lalu berkata, "Siansu, dalam pertemuan kita pertama dahulu, Siansu telah memberi petunjuk dan saya telah berhutang budi kepada Siansu. Sekarang pun, Siansu telah menunjukkan jalan yang terang, akan tetapi terpaksa sekali saya harus mengecewakan hati Siansu dengan memilih jalan gelap."

Muka yang tua akan tetapi masih tampak bercahaya dan segar berseri di balik keriput dan jenggot putih itu tersenyum lebar. "Yang tidak mengharapkan takkan kecewa, Sicu. Aku tidak mengharapkan apa-apa maka tidak mengenal rasa kecewa. Aku tidak merasa melepas budi maka tidak pernah menghutangkan. Jalan terang atau gelap hanyalah tergantung anggapan si pemandang dan si pelaku. Sicu masih menganggapnya gelap, apakah gerangan yang mendorong Sicu?"

Kim-mo Taisu menjawab, "Bu Kek Siansu yang mulia, sungguh saya malu untuk mengaku. Akan tetapi sesungguhnya saya merasa sebagai seorang manusia yang selalu diperhamba nafsu, hidup yang lalu hanya semata untuk diperhamba nafsu dan mementingkan diri pribadi. Oleh karena itulah, Siansu, sisa hidup saya akan saya isi dengn pelaksanaan kewajiban-kewajiban sebagai seorang yang telah mempelajari ilmu. Banyak orang pandai telah mengkhianati negara, membantu pemberontak-pemberontak sehingga raja-raja jatuh bangun silih berganti. Orang-orang pandai itulah yang mengacaukan negara, dosa mereka telah bertumpuk-tumpuk dan perlu dibasmi. Sudah menjadi kewajiban saya untuk menghadapi mereka, karena bukankah tugas seorang gagah untuk membela negara?"

Bu Kek Siansu mengangguk-angguk dan tertawa. "Wi-bin-wi-kok, hiap-ci-tai-cia (Bekerja untuk rakyat dan negara, itulah paling mulia)! Memang kebenaran ini bagi seorang gagah tak dapat disangkal pula, Sicu. Akan tetapi rakyat yang mana? Negara yang mana? Semenjak Kerajaan Tang roboh, diganti Kerajaan Liang Muda, Tang Muda, Cin Muda, dan sekarang Han Muda, apakah rakyatnya berganti? Raja-raja yang memegang tahta kerajaan semenjak jatuhnya Kerajaan Tang, apakah juga berganti bangsa? Kemudian muncul Kerajaan-kerajaan Hou-han, Wu-yue, Nan-cao, Shu, Nan-han, Min dan lain-lain, apakah rajanya dan rakyatnya juga bangsa lain? Siapakah yang benar di antara orang-orang gagah? Mereka yang membela Tang lama, ataukah yang membela Hou-han, Wu-yue dan lain-lain? Semua itu juga berdasarkan bekerja untuk rakyat dan raja. Kebetulan Sicu hendak membela Kerajaan Tang lama, karena Sicu merasa sebagai warga Dinasti Tang, dan karena Sicu ada hubungan keluarga dengan Kerajaan Tang!"
Kim-mo Taisu terkejut. Seperti dibuka matanya, dan ia menjadi bingung. Perang dan permusuhan tiada hentinya, kerajaan-kerajaan mucul, mereka semua berperang dengan dalih membela kebenaran. Siapakah yang sesungguhnya benar?

"Siansu, mohon petunjuk...!" Kim-mo Taisu menjatuhkan diri berlutut dan Eng Eng ikut pula berlutut. Gadis ini bingung dan sama sekali tidak mengerti jelas apa yang dibicarakan ayahnya dan kakek tua itu, hanya merasa tak senang karena agaknya Si Kakek ini hendak mencela ayahnya yang hendak membela Kerajaan Tang yang sudah roboh.

Bu Kek Siansu tersenyum. Sekali lagi ia menatap tajam ke arah wajah Eng Eng dan Kim-mo Taisu, kemudian ia menghela napas panjang. "Kewajiban manusia untuk berusaha namun Tuhan berkuasa menentukan. Kewajiban manusia untuk memenuhi tugas tanpa melibatkan diri pribadi dalam tugas yang dilaksanakannya, ini berarti memenuhi perintah Tuhan dengan setulus hati. Sekali melibatkan diri dalam tugas, berarti bekerja untuk nafsu dirinya dan pekerjaan itu menjadi kotor ternoda nafsu-nafsu mementingkan diri pribadi. Manusia hidup di dunia sudah mempunyai tugas kewajiban masing-masing. Penuhilah kewajibanmu dengan tulus ikhlas, lakukanlah apa yang menjadi kewajibanmu masing-masing dan segala apa akan berjalan beres lancar dan baik. Jangan sekali-kali meninggalkan tugasnya sendiri lalu hendak melakukan tugas orang lain, hal ini tentu akan menimbulkan kekacauan dan kerusakan. Tugas guru ialah mengajar, tugas murid belajar, tugas tentara berperang membela negara, tugas orang tua mendidik, tugas anak berbakti, tugas pemimpin ialah memimpin. Masing-masing mempunyai tempat sendiri dan kalau masing-masing memenuhi tugasnya dengan baik dan sempurna tanpa ditunggangi nafsu mementingkan diri pribadi, alangkah akan baiknya keadaan dunia ini. Akan tetapi sekali orang meninggalkan tugas sendiri mencampuri tugas orang lain, rusaklah!"

Bersambung Jilid ke-56

About this entry

Fallow me

 

About me | Author Contact | Powered By Blogspot | © Copyright  2009