Pendekar Kelana Jilid 2 - 20 (Tamat )

Pendekar Kelana
Jilid 02

Lu Tung San, ketua Hek I Kaipang, ternyata sudah sembuh sama sekali. Karena selama sepekan ini dia hampir dikatakan tidak bisa makan, maka para anggautanya telah mempersiapkan makan minum untuk ketua mereka. Lu Tung San mengajak Yok-sian dan Si Kong untuk makan bersama. Dan ternyata makanan itu cukup lumayan, bahkan cukup mewah bagi para pengemis.

Setelah makan Lu Tung San berangkat bersama Yok-sian Lo-kai dan Si Kong yang tidak lupa memikul keranjang rempa-rempa milik gurunya.

Sarang Hwa I Kaipang juga berada di luar kota, akan tetapi bukan merupakan rumah tua bekas kuil seperti yang ditempati Hek I Kaipang. Di luar kota, di lereng sebuah bukit, berdiri sebuah rumah besar dari tembok dan itulah sarang Hwa I Kaipang. Ketika mereka mendaki bukit itu, beberapa anggauta Hwa I Kaipang melihat mereka. Mereka mengenal Lu Tung San dan cepat mereka berlari ke sarang mereka untuk memberitahukan kunjungan Lu Tung San yang pernah dirobohkan ketua mereka yang baru itu.

Tepat seperti yang dikatakan Yok-sian, tadinya Hwa I Kaipang juga merupakan sebuah perkumpulan pengemis yang sederhana dan baik, tidak pernah mereka itu melakukan pemerasan atau kejahatan lain. Baru beberapa bulan yang lalu, pada suatu hari datang seorang laki-laki berusia kurang lebih tigapuluh lima tahun ke sarang Hwa I Kaipang. Laki-laki itu bertubuh tinggi besar dan bermuka hitam. Ketika ketua Hwa I Kaipang yang usianya sudah enampuluh tahun keluar menemui tamu itu, dengan terang-terangan orang yang mengaku bernama Ouwyang Kwi itu mengatakan bahwa dia hendak mengambil alih pimpinan Hwa I Kaipang! Tentu saja Hwa I Kai-pangcu menjadi marah dan terjadi perkelahian. Akan tetapi ternyata orang itu lihai bukan main. Biarpun dia dikeroyok oleh belasan orang yang merupakan pimpinan dan pembantunya, dia merobohkan mereka semua, bahkan menawan ketuanya. Melihat kelihaian si muka hitam itu, semua pengemis menyatakan takluk dan tunduk dan semenjak hari itu, Ouwyang Kwi menjadi ketua Hwa I Kaipang. Bahkan dia memindahkan sarang Hwa I Kaipang ke lereng bukit itu, dimana berdiri sebuah rumah tembok yang besar. Dan mulailah terjadi perubahan besar dari para anggauta Hwa I Kaipang. Karena anjuran pemimpin baru mereka, para pengemis itu berani melakukan pemerasan terhadap penduduk kota Su-couw, dusun-dusun dan kota-kota di sekitar wilayah itu. Sejak Ouwyang Kwi menjadi ketua, kehidupan para pengemis baju kembang berubah menjadi mewah. Pakaian mereka yang berkembang-kembang itu bersih dan masih baru karena mereka mendapatkannya dari toko-toko yang tidak berani menentang permintaan mereka. Kalau permintaan mereka ditolak, mereka lalu mengamuk dan tidak ada orang yang berani melawan. Memang tadinya ada orang-orang yang merasa dirinya kuat dan pandai silat, menentang kaum pengemis Baju Kembang, akan tetapi mereka semua satu demi satu dirobohkan oleh ketua Hwa I Kaipang yang bermuka hitam itu.

Demikianlah keadaan Hwa I Kaipang. Ouwyang Kwi tadinya adalah seorang perampok tunggal. Akan tetapi agaknya dia merasa jemu dengan pekerjaan merampok seorang diri saja. Maka diapun mengambil alih kedudukan ketau Hwa I Kaipang dan dia selain memperoleh kedudukan ketua, juga mendapatkan anak buah yang siap melakukan semua perintahnya. Dia merasa seolah menjadi seorang raja! Pakaiannya juga berkembang-kembang, namun pakaian itu mewah, sama sekali bukan pakaian seorang pengemis yang biasanya compang-camping dan penuh tambalan.

Dalam waktu beberapa bulan saja semua anak buah Hwa I Kaipang telah berubah. Memang demikianlah keadaannya dengan kita manusia. Mengajar orang-orang agar supaya menjadi baik budi amatlah sukarnya. Akan tetapi ajarilah orang-orang itu untuk berbudi buruk dan memperoleh kesenangan, maka sebentar saja semua orang akan suka dan menurut.

Ketika Lu tung San, Yok-sian dan Si Kong memasuki perkampungan Hwa I Kaipang, mereka disambut oleh Ouwyang Kwi sendiri yang muncul bersama seorang kakek berpakaian mewah. Kakek ini bukan orang biasa. Dia adalah seorang datuk besar dunia kang-ouw dan juga majikan Pulau Tembaga di Lautan Timur. Datuk sesat inilah guru Ouwyang Kwi yang datang berkunjung kepada muridnya yang kini telah menjadi ketua Hwa I Kaipang itu. Kedatangannya di sambut oleh Ouwyang Kwi dengan mengadakan pesta makan minum secara mewah.

Ketika Ouwyang Kwi menerima laporan dari anak buahnya bahwa Lu Tung San datang bersama seorang kakek dan seorang pemuda yang pada siang hari tadi menghajar enam orang anggautanya, menjadi marah sekali. "Bagus dia sudah mengantarkan sendiri nyawanya. Sekarang ini aku tidak akan membiarkan dia pergi hidup-hidup!" kata Ouwyang Kwi.

Gurunya merasa heran sekali melihat muridnya marah-marah. "Ada apakah Ouwyang Kwi? Siapa yang datang dan membuatmu marah?" Datuk ini merasa bangga bahwa muridnya telah menjadi ketua sebuah perkumpulan pengemis yang berpengaruh. Dia sendiri adalah seorang datuk yang besar pengruhnya di Lautan Timur. Para bajak laut semua tunduk kepadanya dan membayar "upeti" kepadanya sebagai hadiah karena mereka diperkenankan membajak di perairan itu. Datuk ini dikenal di dunia kang-ouw sebagai Tung-hai Liong-ong (Raja Naga Lautan Timur). Julukan Raja Naga ini mungkin karena orang melihat dia bersenjata sebatang tongkat kepala naga yang selalu dibawanya kemanapun dia pergi. Tongkat kepala naga ini menjadi andalan dan senjatanya yang ampuh.

Ketika Tung-hai Liong-ong melihat Yok-sian Lo-kai, dia tercengang sejenak dan memandang tajam. Demikian pula dengan Yok-sian Lo-kai. Sama sekali tidak pernah menyangka akan bertemu dengan datuk besar itu di tempat ini.

"Hemm, kiranya Yok-sian Lo-kai yang datang!" kata Tung-hai Liong-ong.

"Ha-ha-ha, kiranya majikan Pulau Tembaga berada di sini pula! Tidak mengherankan kalau terjadi keributan!" kata Yok-sian sambil tertawa. Dua orang yang sama-sama amat terkenal di dunia kangouw ini memang pernah saling bertemu walaupun di antara mereka belum pernah terjadi pertikaian.

Sementara itu, ketika melihat Lu Tung San, Ouwyang Kwi berkata mengejek. "Hek I Kaipang, agaknya ada orang yang mengobatimu sampai sembuh. Apakah engkau belum jera dan ingin merasakan pukulanku lagi?"

"Ouwyang Kwi, aku datang mengantarkan locianpwe Yok-sian Lo-kai yang ingin bicara denganmu karena sepak terjang anak buahmu yang sewenang-wenang."

"Aha, kiranya engkau memanggil bala bantuan? Aku tidak takut menghadapi jagoanmu!" Ouwyang Kwi mengejek. Ouwyang Kwi adalah murid Tung-hai Liong-ong dan dia baru saja masuk ke dalam dunia kangouw setelah selama beberapa beberapa tahun menjadi perampok tunggal. Oleh karena itu dia belum mengenal nama Yok-sian Lo-kai dan sama sekali tidak gentar menghadapi nama julukan itu. "Jadi mereka inikah yang memukul enam orang anak buahku? Jembel tua dan pengemis muda ini?" Dia menudingkan telunjuknya ke arah Yok-sian dan Si Kong.

"Ha-ha-ha, betapa sombongnya! Aku sudah mengenal semua ketua perkumpulan para pengemis di empat penjuru. Mereka semua rata-rata baik. Maka ketika melihat enam orang pengemis Baju Kembang melarang Pengemis Baju Hitam untuk mengemis, aku menjadi tertarik dan ingin menyelidiki. Aku pernah mendengar bahwa perkumpulan Pengemis Baju Kembang adalah perkumpulan yang bersih, dipimpin oleh ketuanya yang baik pula. Akan tetapi, kenapa sekarang menjadi tersesat? Aku mendengar bahwa engkau orang she Ouwyang mengambil alih ketua yang lama?"

"Jembel tua, orang di luar Hwa I Kaipang tidak berhak mengurus urusan yang menyangkut Hwa I Kaipang. Sekarang yang menjadi ketua Hwa I Kaipang adalah aku, Ouwyang Kwi. Sebaiknya engkau tidak lancang mencampuri urusan kami, atau kami akan menggunakan kekerasan mengusirmu!"

"Ha-ha-ha-ha! Engkau bukan lawanku,Ouwyang Kwi. Kalau engkau mampu mengalahkan tongkat muridku ini, barulah engkau pantas melawan aku. Si Kong, bersiaplah untuk menandingi ketua palsu yang sombong ini."

Si Kong juga merasa marah mendengar ucapan ketua berpakaian kembang-kembang yang sombong itu, maka mendengar ucapan suhunya, dia lalu menurunkan keranjang rempa-rempa dan melintangkan tongkat bambunya di depan dadanya.

"Aku sudah siap, orang sombong!" katanya kepada Ouwyang Kwi.

Ouwyang Kwi sudah mendengar laporan anak buahnya bahwa pemuda yang masih remaja itulah yang merobohkan mereka. Akan tetapi tentu saja dia tidak merasa gentar. Dia sudah banyak pengalaman dalam perkelahian selama bertahun-tahun, mana mungkin dia kalah oleh seorang bocah yang usianya paling banyak lima belas tahun ini?

"Baik, akan kubunuh dulu bocah ini, baru kemudian engkau jembel tua dan ketua Hek I Kaipang ini!" bentaknya dan tanpa banyak cakap lagi dia sudah mencabut sebatang golok dari punggungnya dan langsung menyerang Si Kong yang memegang tongkat bambu. Akan tetapi Si Kong sudah siap siaga dan dengan mudahnya dia mengelak dan secepat kilat tongkatnya sudah menotok ke tiga bagian jalan darah di kedua pundak dan dada lawannya.

"Eh…..!" Ouwyang Kwi terkejut sekali dan cepat memutar goloknya kedepan tubuhnya untuk melindungi diri dari totokan-totokan yang cepat dan tak terduga itu.

Kalau Si Kong bertanding untuk merobohkan lawan saja, sebaliknya Ouwyang Kwi bertanding untuk membunuh lawannya. Dia seorang ahli bermain golok yang lihai, akan tetapi sekali ini dia sudah kewalahan dan sebentar saja dia sudah terdesak hebat! Dia hanya mampu menangkis dan memutar goloknya saja tanpa dapat membalas.

"Jangan pakai golok, gunakan Tok-ciang (Tangan Beracun)!" tiba-tiba dia mendengar suara gurunya. Orang lain tidak dapat mendengar seruan itu karena Tung-hai Liong-ong "mengirim" suaranya melalui khikang yang kuat sehingga seolah dia berbisik dekat telinga muridnya.

Mendengar ini, Ouwyang Kwi melempar goloknya dan dia menggerak-gerakkan kedua tangannya yang perlahan-lahan berubah menghitam! Yang terkejut melihat perubahan ini adalah Yok-sian Lo-kai. Dia pun tidak mendengar bisikan itu, akan tetapi dia dapat menduga bahwa Majikan Pulau Tembaga itu yang agaknya memberi nasihat kepada muridnya. Dia tahu bahwa Si Kong tidak bermaksud membunuh lawan, maka tongkatnya hanya mencoba untuk menotok jalan darah yang tidak membahayakan nyawa lawan. Dan karena kini Ouwyang Kwi bertangan kosong, dia dapat menangkis tongkat bambu dengan tangannya dan sekaligus mencoba untuk merampas tongkat. Juga sambaran tangan itu mengandung hawa beracun yang berbahaya.

Diam-diam Yok-sian mengerahkan khikangnya dan berbisik yang hanya terdengar oleh muridnya. "Pukul Kaki Seratus Anjing". Ini adalah nama jurus dari ilmu silat Tongkat Sakti Pemukul Anjing itu. Ketika Si Kong mendengar bisikan gurunya itu, cepat dia mengubah caranya bersilat dan tubuhnya bergerak rendah dan tongkatnya secara bertubi-tubi menyerang ke arah kedua kaki lawan. Karena yang diserangnya bagian lutut dan pergelangan kaki, maka kalau mengenai sasaran, tentu lawan akan jatuh berlutut,

Kembali Ouwyang Kwi terdesak oleh serangan Si Kong. Dia berloncat-loncatan dan tidak mampu balas menyerang. Kembali telinganya mendengar bisikan gurunya.

"Garuda menyerang segerombolan kelinci!"

Ini merupakan jurus yang dilakukan dengan loncatan ke atas kemudian dari atas mencengkeram ke arah kepala lawan. Dan begitu dia meloncat tinggi di udara, dengan sendirinya serangan Si Kong juga macet, dan berbalik dia yang diserang oleh kedua tangan yang membentuk cakar itu. Si Kong terpaksa mengelak ke sana sini, karena kalau dia menangkis, ada bahayanya tongkat itu terpegang lawan dan kalau hal ini terjadi, tongkatnya dapat terampas atau setidaknya dihancurkan oleh cengkeraman tangan beracun itu!

Tiba-tiba dia yang sedang terdesak itu mendengar bisikan gurunya, "Ular Senduk Menyerang Garuda!"

Si Kong menjadi girang sekali dan cepat dia menggerakkan tongkatnya yang meluncur seperti seekor ular yang menyerang musuh yang datangnya dari atas. Dengan jurus ini maka kembali Si Kong dapat mendesak lawan. Yang diserang oleh luncuran tongkatnya adalah kedua mata dan leher lawan, serangan yang cukup berbahaya kalau mengenai sasaran.

Demikianlah, dua orang itu saling serang dan sesungguhnya yang bertanding adalah guru-guru mereka yang membisikkan jurus-jurus melalui mereka.

Ketika mendapat kesempatan, Si Kong menggetarkan ujung tongkatnya dan dengan pengerahan sinkangnya, dia menusuk ke arah uluhati lawan. Melihat ini, Ouwyang Kwi menangkis dengan tangan kanan sambil mengerahkan sinkang pula.

"Tuk…..!" Ujung tongkat bertemu telapak tangan dan keduanya terdorong mundur sampai lima langkah. Ternyata dalam hal tenaga sinkang, mereka seimbang dan hal ini amat mengejutkan hati Ouwyang Kwi. Tadipun kalau tidak mendapatkan bisikan-bisikan gurunya, dia sudah terdesak beberapa kali oleh pemuda remaja itu! Kini tahulah dia mengapa anak buahnya yang enam orang jumlahnya tidak mampu melawan pemuda ini.

Baik Yok-sian Lo-kai maupun Tung-hai Liong-ong merasa khawatir kalau pertandingan antara murid-murid mereka dilanjutkan. "Hemm, Jembel Tua, murid kita sudah cukup bertanding. Bagaimana kalau guru mereka, tua sama tua, maju menguji ilmu kepandaian?"

"Ha-ha-ha, Naga Tua, kalau dilanjutkan pun muridmu akan kalah. Kau menantang aku? Ha-ha-ha, memang sudah lama aku ingin sekali mengetahui sampai di mana kelihaian Tung-hai Liong-ong dari Pulau Tembaga yang namanya tersohor itu!"

"Jembel Tua, kalau kita menggunakan senjata, orang-orang akan menganggap aku tidak adil karena senjataku lebih berat dan lebih besar dari pada tongkat bambumu. Karena itu, aku tantang engkau untuk bertanding dengan tangan kosong!" Berkata demikian Tung-hai Liong-ong menancapkan tongkat kepala naga itu ke tanah. Tongkat itu menancap di tanah sampai hampir setengahnya dan ini menunjukkan betapa kuat tenaga sinkang datuk itu.

Yok-sian tertawa. Dia maklum bahwa lawannya tentu gentar menghadapi ilmu tongkatnya Ta-kaw Sin-tung maka sengaja menantang pertandingan tangan kosong. Tentu mengandalkan Tok-ciang (Tangan Beracun) yang hebat. Akan tetapi dia hanya tertawa dan tidak menolak tantangan itu.

"Ha-ha-ha, sesukamulah, Naga Tua. Bersenjata baik, bertangan kosong juga baik! Nah, aku sudah siap, mulailah!"

Kakek pengemis itu berdiri santai saja, tidak memasang kuda-kuda seperti orang yang hendak bertanding. Melihat sikap lawannya, Tung-hai Liong-ong segera mengeluarkan suara bentakan nyaring dan tubuhnya bergerak ke depan menyerang dengan dahsyat bagaikan angin topan!


Penasaran Ingin tahu kelanjutannya Pendekar Kelana sampai Tamat

Buruan Download selengkapnya disini

Link Download Ziddu

Pendekar Kelana Jilid 2
Pendekar Kelana Jilid 3
Pendekar Kelana Jilid 4
Pendekar Kelana Jilid 5
Pendekar Kelana Jilid 6
Pendekar Kelana Jilid 7
Pendekar Kelana Jilid 8
Pendekar Kelana Jilid 9
Pendekar Kelana Jilid 10
Pendekar Kelana Jilid 11
Pendekar Kelana Jilid 12
Pendekar Kelana Jilid 13
Pendekar Kelana Jilid 14
Pendekar Kelana Jilid 15
Pendekar Kelana Jilid 16
Pendekar Kelana Jilid 17
Pendekar Kelana Jilid 18
Pendekar Kelana Jilid 19
Pendekar Kelana Jilid 20

About this entry

Fallow me

 

About me | Author Contact | Powered By Blogspot | © Copyright  2009